Marni PA tak sendiri, ada enam warga lainnya yang juga tertembak saat perang antar desa terjadi, Kamis (11/2) pagi pada pukul 06.00 WIB. Namun, hanya Marni yang dibawa ke RSUD Psp, sedangkan enam lainnya dirawat di RSUD Panyabungan, Mandailing Natal.
Akibat tembakan itu, Marni tak sanggup bersuara. Rekannya Safar Rahmat kemudian menceritakan kejadian yang mereka alami. Ketiganya merupakan warga Ranto Natas, Panyabungan Timur, Kabupaten Mandailing Natal (Madina), yang langsung berbatasan dengan Desa Pardomuan, yang menjadi lawan perang mereka.
Menurut Safar, awal keributan antar warga Ranto Natas dengan Pardomuan, terjadi karena persoalan kulit kayu manis yang sering dicuri warga Pardomuan. Akan tetapi, pencurian yang sebelumnya sudah dilaporkan ke polsek terdekat di kecamatan itu tidak jua ditanggapi dengan tindakan.
Puluhan warga Ranto Natas kemudian memutuskan untuk melakukan tindakan terhadap warga Pardomuan yang sudah mereka ketahui itu identitasnya.
Terlebih dahulu, warga Ranto Natas menemui Kepala Desa Pardomuan, lalu warga meminta untuk menunjukkan orang yang dimaksud untuk memufakatkan tindakan yang akan diambil.
“Sudah sering itu dia mencuri kulit kayu manis. Ke Polsek juga sudah kami laporkan dulu-dulu, tapi katanya ‘nanti dulu, kita akan tindak’, begitu,” terang Safar mengatakan pencurian itu dilakukan di kebun warga Ranto Natas yang berdekatan dengan Hutatua, Pardomuan.
“Warga sudah bosan, semua laki-laki datang ke sana. Mereka sudah terlalu sering mencuri hasil kebun warga termasuk karet (latex). Mereka juga menggunakan tanah Desa Ranto Natas untuk bertanam ganja” sambut Asrul yang memberikan keterangan pada petugas kesehatan di Ruang Instalasi Radiologi RSUD Psp saat korban dirontgen.
Setelah pihaknya bertemu dengan kepala desa, ternyata di luar kantor desa, mereka mendapat perlawanan dari kelompok Munir dan keluarganya yang dituding melakukan pencurian dengan menggunakan berbagai macam senjata rakitan.
“Si Munir ini sama keluarganya yang kami tahu sering melakukan pencurian. Kami ke sana mau mencari dia, menanyakan apa maksudnya dan bagaimana pertanggungjawaban barang yang dicurinya selama ini. Eh, dia dan keluarganya malah datang bawa bejeng (senjata rakitan), senapan angin, parang. Kalau kami bawa parang saja,” kata Asrul melanjutkan cerita Safar Rahmat.
Dari mereka juga diketahui, masih banyak warga yang terluka dan saat ini tengah mendapat perawatan di RSUD Panyabungan. “Ada tujuh kami yang kena tembak. Kalau sekarang saya kurang tahu, mereka dirawat di RSUD Panyabungan,” pungkasnya.
Mudah-mudahan perang antar desa ini cepat diselesaikan baik berupa Hukum adat juga hukum negara.
sep terimakasih
ReplyDelete