babiat.com .......... Kelompok Abu Sayyaf menyandera 10 WNI. Pembajakan terjadi terhadap kapal tunda Brahma 12 dan kapal tongkang Anand 12 yang membawa 7.000 ton batubara dan 10 orang awak kapal berkewarganegaraan Indonesia.
Saat dibajak kedua kapal dalam perjalanan dari Sungai Puting (Kalsel) menuju Batangas (Fililina Selatan). Tidak diketahui persis kapan kapal dibajak.
Kabar penculikan itu pun diterima Mayjen Demy Tejares, wakil komandan satuan tugas Zambasulta (Zamboanga-Basilan-Sulu dan Tawi-Tawi).
Tejares menjelaskan pimpinan kelompok bersenjata Abu Sayyaf yang membajak dan menyandera 10 WNI itu adalah dua bersaudara, yakni Nickson dan Brown Muktadil.
Berdasarkan informasi intelijen militer Filipina di Mindanao Barat yang diperoleh Tejares menyebutkan, keduanya merupakan kelompok Abu Sayyaf dari jaringan Alhabsy Misaya.
Dijelaskan menggunakan kapal motor kecil, Muktadils menderek tugboat. Tugboat kemudian ditemukan di desa pesisir Tubig Dakula di Languyan, Tawi-Tawi, kata sumber itu.
Ada laporan yang bertentangan tentang ketika insiden terjadi. Tejares mengatakan itu terjadi Senin malam tapi sumber militer lain mengatakan hal itu terjadi pada hari Sabtu sore.
Mayjen Filemon Tan Jr., juru bicara untuk Komando Mindanao Barat (Wesmincom), mengatakan dia tidak bisa memberikan rincian penculikan.
Panglima TNI Filipina Jenderal Hernando Iriberri pun langsung terbang ke daerah kepulauan Sulu, di wilayah Selatan Filipina untuk memeriksa dan mengeluarkan perintah penyelamatan 10 Anak Buah Kapal (ABK) asal Indonesia.
Wakil Gubernur Sulu Abdusakur Tan mempertanyakan kesiagaan militer, "mengapa orang asing dapat dengan mudah diculik di perairan laut Sulu ketika pasukan tersebut seharusnya berpatroli di laut ini."
"Militer dan polisi harus menjelaskan pertama mengapa ada orang Indonesia di perairan laut Sulu," kata Tan.
"Kenapa bajak laut mampu mendeteksi kapal tugboat dan orang Indonesia ketika pihak berwenang seharusnya bisa memantau karena dilengkapi dengan peralatan pemantauan?"
Sementara itu juru bicara angkatan bersenjata Filipina, Brigjen Restituto Padilla kepada wartawan di kamp Aguinaldo mengatakan "konsultasi tingkat tinggi" antara Filipina dan Indonesia terus dilakukan. Tawanan diidentifikasi sebagai Peter Tonsen Barahama, Julian Philip, Alvian Elvis Peti, Mahmud, Surian Syah, Surianto, Wawan Saputra, Bayu Oktavianto, Reynaldi dan Wendi Raknadian. .. Baca Dari Awal..
Saat dibajak kedua kapal dalam perjalanan dari Sungai Puting (Kalsel) menuju Batangas (Fililina Selatan). Tidak diketahui persis kapan kapal dibajak.
Kabar penculikan itu pun diterima Mayjen Demy Tejares, wakil komandan satuan tugas Zambasulta (Zamboanga-Basilan-Sulu dan Tawi-Tawi).
Tejares menjelaskan pimpinan kelompok bersenjata Abu Sayyaf yang membajak dan menyandera 10 WNI itu adalah dua bersaudara, yakni Nickson dan Brown Muktadil.
Berdasarkan informasi intelijen militer Filipina di Mindanao Barat yang diperoleh Tejares menyebutkan, keduanya merupakan kelompok Abu Sayyaf dari jaringan Alhabsy Misaya.
Dijelaskan menggunakan kapal motor kecil, Muktadils menderek tugboat. Tugboat kemudian ditemukan di desa pesisir Tubig Dakula di Languyan, Tawi-Tawi, kata sumber itu.
Ada laporan yang bertentangan tentang ketika insiden terjadi. Tejares mengatakan itu terjadi Senin malam tapi sumber militer lain mengatakan hal itu terjadi pada hari Sabtu sore.
Mayjen Filemon Tan Jr., juru bicara untuk Komando Mindanao Barat (Wesmincom), mengatakan dia tidak bisa memberikan rincian penculikan.
Panglima TNI Filipina Jenderal Hernando Iriberri pun langsung terbang ke daerah kepulauan Sulu, di wilayah Selatan Filipina untuk memeriksa dan mengeluarkan perintah penyelamatan 10 Anak Buah Kapal (ABK) asal Indonesia.
Wakil Gubernur Sulu Abdusakur Tan mempertanyakan kesiagaan militer, "mengapa orang asing dapat dengan mudah diculik di perairan laut Sulu ketika pasukan tersebut seharusnya berpatroli di laut ini."
"Militer dan polisi harus menjelaskan pertama mengapa ada orang Indonesia di perairan laut Sulu," kata Tan.
"Kenapa bajak laut mampu mendeteksi kapal tugboat dan orang Indonesia ketika pihak berwenang seharusnya bisa memantau karena dilengkapi dengan peralatan pemantauan?"
Sementara itu juru bicara angkatan bersenjata Filipina, Brigjen Restituto Padilla kepada wartawan di kamp Aguinaldo mengatakan "konsultasi tingkat tinggi" antara Filipina dan Indonesia terus dilakukan. Tawanan diidentifikasi sebagai Peter Tonsen Barahama, Julian Philip, Alvian Elvis Peti, Mahmud, Surian Syah, Surianto, Wawan Saputra, Bayu Oktavianto, Reynaldi dan Wendi Raknadian. .. Baca Dari Awal..
No comments:
Post a Comment